Kamis, 28 Februari 2013

Laguku

Ketika hujan…
Awan putih terusir kelam
Berisik gemercik air berjatuhan
Nyala kilat bersahutan
Nyanyian burung pun nyaris padam
Tapi nada itu masih terdengar konstan

Ketika kemarau…
Saat langit bosan menyiram bumi
Saat air hujan membekukan diri
Banyak tumbuhan hampir mati
Meronta-ronta minta disirami
Tapi irama itu masih terdengar memecah sunyi

Ketika senja…
Mentari kembali ke peraduan
Setelah lelah memberi kehidupan
Koloni burung pun berhenti berkicauan
Setelah lelah mencari makan
Tapi melodi itu tetap nyaring memecah kesepian

Ketika pagi…
Mentari datang menyambut hari
Burung pipit datang silih berganti
Hinggap dari ranting ke genting
Bersahutan ramaikan pagi
Laguku pun masih berbunyi semangatkan hari.





readmore »»  

Rabu, 27 Februari 2013

Utuh Tak Tersentuh

Kalau boleh aku memilih antara emas dengan mjtiara, maka aku akan memilih mutiara. Bukan karena harganya yang mahal, sama sekali bukan karena itu. Aku ingin seperti mutiara, untuk bisa melihatnya saja harus menyelami dalamnya lautan. Aku ingin seperti itu, utuh tak tersentuh. Tidak sembarang orang bisa menyentuhnya. Memang mutiara banyak dijual bebas, tapi untuk mendapatkannya dibutuhkan perjuangan yang keras.

Mutiara tidak termasuk logam mulia. Jika dibandingkan dengan beberapa logam mulia seperti emas, perak, dan lainnya, mutiara tetap jadi pilihan favorit walaupun harganya tergolong mahal. Aku ingin seperti itu, tidak mulia namun dimuliakan. Dimuliakan disini bukan dengan harga maharnya yang harus mahal, sungguh bukan karena itu. Tetapi, dimuliakan karena harga dirinya yang mahal dan tidak murahan.

Mutiara itu indah, kawan. Semua orang setuju akan itu. Teksturnya pun lembut, semua orang tahu itu. Dan dasyatnya lagi, keindahan dan kelembutannya dibentengi dengan cangkang tiram yang kuat dan tegas. Kuat tak mudah lapuk dan tegas karena hanya membuka pada saat yang tepat. Aku ingin seperti itu, tekad kuat tak mudah termakan bujuk rayu dan tegas jika diganggu.
Sampai kapanpun, aku akan berusaha sholihah meski zaman telah berubah.

readmore »»  

Senin, 25 Februari 2013

Cinta Mengajariku

Cinta ajariku untuk bersabar
 Untuk menemukan iman yang benar
Untuk mencapai ketaatan yang benar
Untuk menjadi muslimah yang benar
Dan cara menjaga cinta dengan benar
                                                   
Cinta ajariku untuk bertahan
Untuk hadapi segala rintangan
Untuk tetap menjaga kewibawaan
Bertahan pada kebaikan dan keistiqomahan
Pada indahnya diri tanpa sentuhan haram

Cinta ajariku untuk rendah hati
Untuk menjaga kehormatan diri
Untuk menjaga kesetiaan hati
Senantiasa memperbaiki diri
Menuju cinta Rabbul Izzati

Cinta ajariku tentang kemurnian
Kemurnian cinta tanpa sentuhan nakal
Untuk tetap kuat walau dalam kesendirian
Untuk tetap bertahan pada indahnya keistiqomahan
Agar tetap terjaga dalam kehormatan.


readmore »»  

Minggu, 24 Februari 2013

Sederhana

Kalau memang terasa sulit
Enyahkanlah…
Cinta selalu mudah
Tak pernah menyulitkan

Kalau memang terlihat jauh
Berhentilah…
Cinta selalu dekat
Tak pernah membuatmu lelah

Kalau memang terkesan kaku
Lepaskanlah…
Cinta selalu luwes
Tak pernah membuatmu tegang

Kalau memang terlihat rumit
Lupakanlah…
Itu jelas bukan cinta
Cinta sejati selalu sederhana
Sesederhana bulan mencintai malam.

Surakarta, 24 Februari 2013
Pukul 17:44

readmore »»  

Kado Pertama untuk Ananda

Ditatapnya bocah itu dengan kasih sayang. Dibelainya rambut ikal mengombak itu. Kemudian wajahnya beralih ke arah suami yang duduk di sampingnya.
“Kasihan anak ini… masa kanak-kanaknya tergadai dengan kehidupan jalanan yang keras.” Menatap mata suami dengan tetes air mata yang tak mampu ditahan.
“Benar, dik… Sungguh malang nasib anak ini. Disaat banyak pasangan menginginkan keturunan, justru di luar sana anak-anak ditelantarkan.
“Maafkan Aini, mas… Aini belum bisa memberikan keturunan. “ Air mata semakin deras tak terbendung.
“Bukan salahmu, dik… mungkin Allah belum berkehendak.”
            Sudah lebih tujuh tahun masa pernikahan kami. Kami menikah lima bulan setelah aku menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi, sedang Mas Adnan, suamiku telah bekerja di sebuah perusahaan swasta di Ibu kota.
            Kami memulai sebuah kehhidupan baru dengan mengontrak sebuah rumah sederhana hingga Mas Adnan diangkat sebagai pegawai tetap dengan gaji yang lumayan dan kami akhirnya mampu untuk membeli sebuah rumah mungil yang lebih sehat walau dengan cara angsuran.
            Setelah diangkat sebagai pegawai tetap, Mas Adnan makin sibuk bekerjaguna menambah penghasilan untuk segera melunasi rumah mungil kami. Sedangkan aku mulai sibuk dengan pekerjaan baruku sebagai tenaga konseling di sebuah SMA.
            Meski kami hidup bahagia dengan balutan kesederhanaan namun kami merasa sepi tanpa kehadiran buah hati.
“Ibu sudah semakin senja, Aini… Ibu ingin sekali menimang cucu sebelum Ibu pergi.” Keluh ibu mertuaku setiap berbicara di telepon. Aku hanya membisu karena kecamuk dalam hati tak bisa kulukiskan.
            Mas Adnan tidak pernah mengeluh akan hal itu, tapi binar-binar di matanya mampu lukiskan bahwa batinnya sangat sepi. Sering di sepertiga malam, aku melihat suamiku menangis dalam muhasabahnya, meminta keikhlasan Sang Pencipta untuk memberikan keturunan pengisi jiwa.
            Akhirnya yang dinanti-nanti pun hinggap, aku positif hamil. Betapa bahagianya seluruh keluargaku mendengar hal ini. Inilah jawaban atas doa-doa dan air mata di sepertiga malam-Nya yang agung.
            Berbulan-bulan kulewati dengan ucap syukur yang menghambur. Tak terasa sudah genap delapan bulan usia kandunganku. Bulan-bulan pertama merupakan masa sulit bagiku, makan tak nafsu dan mual-mual. Namun aku menjalani hariku seperti biasa serasa tak ada beban berat di perutku. Bearngkat ke sekolah, menjadi pembicara beberapa seminar, menghadiri pengajian pekanan, dan kegiatan-kegiatan lain yang cukup menguras energi.
            Sebenarya Mas adnan melarangku untuk bekerja, tapi aku tidak mau menjadi istri yang hanya konco wingking. Aku lebih suka menjadi wanita karier namun tetap mengutamakana keluarga.
Semenjak bulan pertama kehamilan, Mas Adnan sangat antusias mempersiapkan segala sesuatu untuk calon bayi kami. Terlebih ia pun telah membuat rencana pendidikan lengkap sampai perguruan tinggi untuk janin dalam kandunganku. Bahkan ia tlah menyiapkan kado special untuk calon bayi kami. Entahlah, aku pun tak tahu isi kado itu. Sempat kutanyakan, tapi tak pernah ada jawaban. Petanyaanku hanya dijawab dengan senyum yang mengembang.
            Hari yang ditunggu-tunggu pun mnetas. Proses persalinan berjalan alot karena posisi janinku tidak berda pada posisi seharusnya. Lebih dari lima jam rasa sakit menggerogotiku, sampai akhirnya bayi cantik kami lahir tepat di sepertiga malam, waktu biasa kami bermuhasabah kepada-Nya.
Senyuman simpul suamiku meresap tepat di hatiku, binar-binar cinta melingkarkan harap  di sudut matanya. Binar-binar itu semakin nampak tatkala ia tengah membisikkan adzan di telinga bayi kami. Ibu mertuaku tersenyum puas atas kehadiran cucu pertamanya, semua keluarga besar kami menyambut girang kehadiran malaikat kecil kami.
Kebahagiaan kami serta merta tergores, ketika  dokter memberitahukan bahwa ada kelainan pada jantung bayi kami. Kebahagiaan kami hancur sempurna ketika dokter menambahkan bahwa bayi kami tidak akan bertahan lama dengan kelainan yang dideritanya. Dokter tidak mampu berbuat apa-apa karena bayi kami masih terlalu kecil untuk dilakukan operasi besar.
Suasana berubah drastis, aku semakin lemah dan jatuh tak sadarkan diri.  Sementara binar-binar cinta di sudut mata Mas Adnan berubah menjadi tangis air mata. Serta merta ia mendekap bayi cantik kami dan berbisik pelan.
“Ayah mencintaimu, ananda sayang… Biarlah kado untukmu tersimpan hingga suatu saat nanti kita akan kembali dipertemukan dalam dekapan surga-Nya.”

***

readmore »»  

Kamis, 21 Februari 2013

Kelanjutan Ceritaku, Pelangi... ^^

Halo, Pelangiku… ^^
Baik-baikkah kau disana? Semoga kamu selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin
Kamu masih ingat gak, Pelangi? Itu tuh waktu itu aku pernah janji untuk menceritakan sesuatu padamu. Masih ingatkah? Jawab dong, jangan diem aja hehe.
Sesuatu itu adalah…
Kasih tau gak ya? dengdengdeng… *pasang backsound yang bikin penasaran. :D
Dulu aku kan pernah nyeritain gimana ceritanya aku bisa mengagumimu, inget kan?
Naaah, sekarang aku mau nyeritain kelanjutannya. Dengerin ya, cekidot!
Ups, ane lupa. Jangan bilang siapa-siapa yah? Cukup kita dan Allah saja yang tau.
Jika kamu menanyakan alasan kenapa aku bisa mengagumimu maka sampai kapanpun aku tak akan bisa menjelaskannya, Pelangi. Yang aku tau kamulah satu-satunya yang bisa membuatku terkagum-kagum bahkan sejak pertama bertemu hingga sekarang. Bukan karena fisikmu yang tampan, Pelangi. Sama sekali bukan itu alasannya. Memang kamu sangat tampan, tapi menjadikan ketampananmu sebagai alasan kurasa bukan suatu kebijaksanaan. Satu-satunya alasan yang paling bijaksana adalah mengembalikannya kepada Sang Pemilik Hati yaitu Allah Rabbul Izzati. Allah-lah pemilik hatiku, tentu Allah yang paling tahu isi hatiku.
Pelangi, aku memang sangat mengagumimu bahkan boleh dikatakan sangat mencintaimu. Tapi untuk berjanji setia menunggumu sampai kapanpun, aku belum berani. Aku takut kuasa Allah berkehendak lain. Aku takut bukan namamu yang tertulis di Lauh Mahfudz untukku. Jika benar bukan namamu yang tertulis, aku yakin siapapun itu pastilah pilihan paling tepat untukku.
Sampai kapanpun, aku selalu yakin akan janji-Nya. Karena janji-Nya selalu haq dan tak pernah keliru.
readmore »»